Tari Perang Penyambut Tamu
MASYARAKAT
Suku Lauje, di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mempunyai tradisi unik
dalam menerima tamu atau pembesar yang baru berkunjung ke daerahnya.
Mereka akan menyambutnya dengan tarian perang yang dimainkan oleh empat
lelaki yang menggunakan guma atau parang panjang, serta dua orang yang
bertombak. Penyambutan itu juga diiringi musik yang terdiri dari susulan
balok kayu, gendang dan gong besar.Sabtu (19/04/2008) lalu, empat orang
lelaki menggunakan guma dan dua lelaki lainnya menggunakan tombak
terlihat berhadapan dengan sejumlah tamu. Di antara tamu itu terlihat
Bupati Parigi Moutong LOngki Djanggola dan Camat Palasa Darwis Rahmatu.
Mereka lalu berteriak dan berlaga dengan sesama mereka di depan para
tamu penting itu. Jangan salah kira, mereka bukan hendak saling
membunuh. Mereka ternyata sedang menyambut tamu-tamunya itu.
Tradisi tarian perang ini, biasanya disebut Meaju. Lazim ditarikan kala
menerima tamu atau pembesar, semisal Presiden, Menteri, Gubernur atau
Bupati, serta tamu-tamu lainnya.
Para tamu-tamu yang datang akan diarak menuju Pogombo Ada atau balai
pertemuan adat. Sebelumnya, para tamu itu dihamburkan beras kuning,
sebagai bentuk penghormatan. Lalu para tamu harus menginjak dulang dari
kuningan yang berisi tanaman tertentu. Maknanya, di mana tanah dipijak,
di situ langit dijunjung, di mana kita bermukim, sudah seharusnya
adatyan pun kita hormati.
Sementara arakan itu berlangsung, tiga orang anggota komunitas Suku
Lauje memainkan alat musik yang terdiri dari Tadako, kulintang, Gimbale
atau gendang dan Gong besar.
Jika Anda tertarik, sekali-kali, berkunjunglah ke Palasa, Parigi
Moutong, Sulawesi Tengah. Jaraknya sekitar 200 kilometer dari Palu,
Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah.***
0 komentar:
Posting Komentar